Tiba-tiba aku tertegun pada kenyataan
Entah ini nyata atau tidak hatiku bertanya-tanya
Tiada henti, tidak bisa ku terkendali..
Didalam keheningan dan kegelapan hati..
Aku masih mau melangkah mencari cinta..
Mencari tambatan hati tempat relung ini bersandar..
Ketika semuanya telah lelah oleh kebohongan...
Atau memang aku saja yang mudah dibohongi...
Saat segalanya telah hancur oleh pengkhianatan..
Atau memang aku saja yang mudah dikhianati..
Sungguh tak mengerti..
Diluar masih gelap, haruskah aku menunggu fajar ??
Untuk sekedar melangkah dari keterpurukan..
Walaupun sakit dan sedikit demi sedikit..
Hati ini terlalu dahaga akan kasih sayang...
Sehingga raga ini kelimpungan dalam nelangsa.
Dan pada akhirnya.. aku tahu apa itu cinta..
Cinta adalah ketika aku begitu merindukannya apapun
keadaannya..
Cinta adalah ketika hatiku terbakar saat melihat dia bersama
prianya..
Cinta adalah ketika aku rela tersakiti hanya untuk seberkas
senyumannya..
Dan,
Cinta adalah ketika aku berani mati hanya untuk kebahagiaan
hatinya..
Lalu kemudian aku memahami..
Semua bukan karena dahaga hati ini..
Semua bukan karena kerinduan malam terhadap siang...
Tetapi hanya untuk satu kata, satu sikap...
Merelakan...
Merelakan dia tertawa bersama pria yang dicintainya...’
Merelakan dia bahagia disamping pria yang disayanginya...
Merelakan dia tersenyum disisi pria yang dikaguminya...
Dan,
Merelakan dia terasa aman dan nyaman, dipelukan pria yang
dikasihinya...
Karena aku mengerti,
Semua yang menjadi senyumnya, tawanya, bahagianya, bukan
akulah alasannya..
Bukan akulah yang dirindukannya..
Bukan akulah yang dicintainya..
Bukan akulah yang disayanginya...
Dan,
Bukan akulah yang selama ini menjadi sebab bahagianya...
Namun aku hanya mampu berharap...
Berharap agar aku bisa merelakannya...
Meskipun aku tahu, tidak mudah untuk melakukan semuanya...
Karena harus ku temui jalan yang berliku, dan mesti menembus
lingkar kegelapan ...
Ibarat kayu, aku hanyalah kayu tua yang dimakan rayap..
Aku sangat rapuh untuk saat ini..
Langit yang semakin tua, yang semakin memudar birunya..
Sama memudarnya akan ekspektasiku terhadap cinta...
Dan kepada fatamorgana, layaknya harap kamu mencintaiku..
Kelihatannya ada, tapi tak akan pernah nyata..
Semua hanya ilusi..
Dan ilusi ini terus membayangi...
Aku berjalan setapak demi setapak..
Melewati kepedihan dalam kesunyian..
Kini Telah kurasa ada yang berdarah..
Ternyata perasaan ini terluka, sukma ini meronta...
Meminta pertolongan agar aku diselamatkan..
Dari terjatuh ke jurang penistaan asmara...
Aku berharap angin membawa teriakan hatiku..
Kemana saja, sesukanya saja..
rasanya aku ingin tenggelam di lautan terdalam
Dan tak kembali lagi..
Daripada harus menanggung rasa sakit dan keputusasaan ini..
Aku lelah...
Aku benar-benar kalah...
Apakah aku menyerah ?? entahlah...
Tak ada yang mesti aku gapai..
Aku hanya menunggu mati diujung palung kesengsaraan...
Bintang kini tak mampu sinari segelap-gelapnya hatiku..
Riak ombak tak bisa berisiki sesunyi-sunyinya perasaanku..
Aku kehilangan kamu dalam hati...
Aku kehilangan kamu dalam diri...
Bagaimana bisa aku berlari sementara belenggu ini membekukan
hati ??
Belenggu apa ?? belenggu bayangmu... belenggu senyummu..
Entah kenapa.. tapi rasanya aku belum bisa ikhlas..
Melepasmu, melihatmu bersamanya...
Sepertinya aku masih belum mampu mendinginkan hati ini..
Kala aku menatapmu tersenyum bahagia, bersama dia..
Sesekali aku dengar riuh angin lalu menggelitik mesra
pundakku...
Dan aku selalu berpikir bahwa itu kamu yang datang bawa
kehangatan...
Belantara kehidupan ini terasa sangat kejam..
Bagiku yang hanya ingin mencintai dan dicintai...
Bertahun-tahun lamanya aku menunggu..
Menunggu cahaya ketenangan dari dalam hatimu untukku...
Tapi tak pernah muncul..
Aku pasrah...
Aku bersumpah demi malam yang menyelimuti hati yang luka..
Aku inginkan engkau..
Sesungguhnya aku belum bisa merelakan...
Belum bisa melihat engkau selalu bersamanya...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar